Oleh: Kasmono Monex, penggemar hidup sehat
Tenis meja merupakan cabang olahraga yang diakui keabsahannya secara hukum dilevel nasional maupun internasional.
Ditingkat nasional, olahraga tenis meja dibawah induk organisasi bernama PTMSI (Persatuan Tenis Meja Indonesia). Sedangkan induk organisasi internasional nya bernama ITTF (International Table Tennis Federation).
PTMSI sendiri mempunyai peran untuk mengatur kegiatan olahraga tenis meja di Indonesia.
Sejarah singkat PTMSI
Organisasi tenis meja didirikan pada tahun 1939 dengan nama Persatuan Ping Pong Seluruh Indonesia (PPPSI). Pada tahun 1958, PPPSI diganti menjadi Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI).
Polemik PTMSI
Pada tahun 2016 polemik di PTMSI sendiri muncul ketika Lukman Edy terpilih secara aklamasi dalam Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub). Saat itu Lukman Edy menggantikan mantan ketua DPR RI, Marzuki Alie.
Polemik muncul perihal penamaan Pengurus Besar (PB) dan Pengurus Pusat (PP) karena terbitnya dua kepengurusan di tingkat pusat, PB PTMSI diketuai oleh Peter Layardi Lay sedangkan PP PTMSI diketuai Komjen. Pol. (Purn.) Drs. Oegroseno, S.H.
Saat itu sudah muncul PTMSI yang diketuai oleh Oegroseno. Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) kala itu mengakui PTMSI pimpinan Lukman, namun induk organisasi tenis meja yang dipimpin Oegroseno baru saja memenangkan kasasi di tingkatan Mahkamah Agung.
Sedangkan Peter Layardi Lay menggantikan posisi Tahir yang mengundurkan diri.
Oegroseno, Lukman Eddy, dan Peter Layardi Lay masing-masing mengklaim sebagai kepengurusan PTMSI yang sah periode 2018-2022.
Perbedaan peran PP dan PB PTMSI
PB PTMSI
Masa Jabatan Ketua Umum PB PTMSI adalah 4 tahun dan dapat dipilih satu kali saja, PB PTMSI melaksanaakan sistem keolahragaan Nasional.
PP PTMSI
Masa Jabatan Ketua Umum PP PTMSI adalah 4 tahun dan dapat dipilih satu kali saja. PP PTMSI melaksanakan keikutsertaan Indonesia dalam pekan olahraga internasional seperti Olimpiade, Asian Games, SEA Games, dan lain-lain.
Buntut dari polemik yang berkepanjangan diantaranya adalah tidak dikirimkannya atlet tenis meja ke SEA Games Filipina 2019 dan Vietnam 2021. Di event nasional, cabor tenis meja absen di ajang PON Papua 2021. Kemudian tidak adanya Kejurnas, Popnas, Pomnas, O2SN Liga Profesional dan Liga KU.
Tokoh yang berpolemik tentu mempunyai tujuan yang sama, yaitu ingin memajukan tenis meja Indonesia, hanya saja mereka belum mempunyai titik temu.
Masyarakat pecinta tenis meja (atlet, penghobi, pemerhati, pengamat dll) terus mendorong agar polemik PTMSI segera berakhir. Aksi menyuarakan keprihatinan hingga aksi kirim surat ke pemerintah pun ditempuh.
Kemudian pada tahun 2023, Menpora Dito Ariotedjo menjadi penengah dan mengambil alih sementara peran kepengurusan PTMSI. Walau belum maksimal, ajang Sea Games Cambodia 2023 tenis meja ikut berpartisipasi berkat lobi Menpora.
Baca juga: https://kasmonomonex.blogspot.com/2023/04/dualisme-ptmsi-berakhir-di-tangan.html?m=1
Semoga kedepan akan ada angin segar untuk PTMSI, tenis meja tanah air bergairah kembali dan dapat berprestasi setinggi langit untuk mengharumkan Indonesia.
Semangat sehat dan salam 🏓
Tidak ada komentar:
Posting Komentar