Cari Blog Ini

Jumat, 14 Juni 2024

Bagaimana Cara Mengendalikan Emosi Dalam Tenis Meja?

Oleh: Kasmono Monex, penggemar hidup sehat 




Setiap pemain tenis meja mempunyai kestabilan emosi yang berbeda. Pada hal teknis dan fisik pemain muda biasanya tak diragukan, tetapi pada mental biasanya belum se stabil pemain senior. Tetapi jangan khawatir, semua bisa dilatih agar mental pemain menjadi lebih baik.

Cara memahami dan mengelola emosi dapat dipelajari seperti halnya sisi taktis dan teknis dari pelatihan. Pemain harus mengenali emosinya dan mengatasinya ketika emosi tersebut muncul saat bermain tenis meja.

Ketika pemain merasa frustrasi, performanya sering kali menurun. Pertama-tama pemain harus menyadari hal tersebut, kemudian meluangkan waktu sepersekian detik untuk berpikir sebelum mengambil tindakan.

Tak ada yang bisa dicapai secara instan, semua melalui latihan. Maka dari itu ciptakanlah lingkungan latihan yang positif dan jaga komunikasi yang baik.

Lingkungan yang positif dapat berdampak besar pada emosi dan kesehatan mental pemain. Menang dan kalah itu konsekuensi dari pertandingan. Tetapi jika kekalahan dianggap sebagai kesalahan, atau kemenangan adalah segalanya, maka hal tersebut menjadi tekanan bagi pemain. Dan tekanan menyebabkan frustasi yang dapat mempengaruhi reaksi pemain terhadap kemunduran.

Pelatih atau pengurus klub harus dapat mengurangi tekanan ini dengan menciptakan lingkungan penguasaan yang memprioritaskan pengembangan dibandingkan kinerja. Pastikan semua pemain  diberikan tujuan pengembangan yang jelas dan secara teratur menerima feedback/ umpan balik mengenai kemajuannya.

"Ojo dibanding-bandingke !!". Kalimat tersebut pas untuk pemain di suatu klub. Tidak ada dua pemain yang sama, pemain mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.

Pemain harus diperlakukan sebagai individu dengan mempertimbangkan emosi dalam semua interaksi selama latihan. Aspek pelatihan dan komunikasi yang baik sangat penting.

Setiap pelatih menginginkan pemainnya menjadi kompetitif dan menjadi personal yang baik. Dan pelatih dapat membantu pemain mencapai tujuan tersebut dengan mendefinisikan secara jelas perilaku yang tidak dapat diterima, dapat diterima, dan ideal dalam sebuah tim. Batasan yang jelas akan mempermudah penguatan perilaku yang baik, dan standar yang konsisten akan menimbulkan rasa keadilan yang pada gilirannya membantu keseimbangan emosional.

Baca juga: https://kasmonomonex.blogspot.com/2023/07/-mental-tidak-penting-dalam.html?m=1

Pemain juga harus berusaha fokus pada proses dan tidak terpaku pada hasil. Salah satu alasan emosi pemain tidak stabil adalah karena mereka kompetitif dan ingin menang. 

Komponen fisik pada pemain lah yang menyebabkan rasa frustrasi. Saat pemain merasa gelisah, detak jantung meningkat, mereka mungkin lebih kehabisan napas, dan ini sering kali menyebabkan pengambilan keputusan yang kurang baik. Bisa kita bayangkan dalam situasi seperti itu bagaimana hasil keputusan yang diambil. 

Untuk memperbaiki keadaan pada pertandingan, pelatih dapat mengajukan time out kepada wasit jika merasa pemainnya akan kewalahan. Instruksikan untuk tetap tenang dengan menarik napas dalam-dalam dan fokus pada permainan. 


Semangat sehat dan salam 🏓

Tidak ada komentar:

Posting Komentar