Oleh: Kasmono Monex, penggemar hidup sehat
Dengan maraknya kegiatan turnamen tenis meja di akar rumput, geliat tenis meja di Indonesia sangat terasa. Pemain amatir ataupun penghobi ramai-ramai mengikuti pertandingan tersebut dengan alasan masing-masing. Ada yang memanfaatkan turnamen sebagai ajang unjuk kebolehan setelah beberapa waktu berlatih, ada juga yang hanya ikut meramaikan untuk silaturrahim sesama penghobi tenis meja.
Semua peserta mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi yang terbaik, karena peserta diklasifikasi berdasarkan kelas/ divisinya.
Pro dan kontra kelas pemain seringkali menjadi polemik dalam sebuah pertandingan. Hal ini sangat bisa dimaklumi, karena masing-masing panitia tidak mempunyai data base pemain yang sama. Semua masih berdasarkan pengamatan sederhana setiap penyelenggara pertandingan.
Klasifikasi kelas pemain inilah yang sering menjadi trending topik diskusi pasca pertandingan oleh teman-teman komunitas tenis meja. Untuk meminimalisir terjadinya pemain "salah kelas", sebaiknya penyelenggara pertandingan terdiri dari tim yang paham tentang teknik dan berpengalaman di dunia tenis meja yang bertugas untuk menyortir pemain manakala ada pendaftar yang mencoba "mencuri" kelas.
Jika menemukan hal seperti ini, panitia harus bertindak tegas dan berani mengambil tindakan terhadap pemain tersebut dengan cara diskualifikasi.
Beberapa saran aturan dapat diterapkan agar pertandingan berjalan lancar, misalnya:
1. Jika ada peserta diketahui salah kelas, siap menerima sanksi diskualifikasi dari pertandingan.
2. Protes HARUS dilakukan oleh Official yang bersangkutan secara tertulis dan ditujukan kepada Panitia disertai biaya protes Rp. 500.000 (lima ratus ribu rupiah)
3. Pihak yang memprotes harus memiliki data pembanding dan pihak yang diprotes harus dapat menunjukkan bukti yang diminta untuk bahan penyelesaian.
4. Protes yang tidak memenuhi persyaratan tidak akan dilayani.
5. Protes dapat dilakukan paling lambat diajukan ke Referee/panitia maksimal 10 menit setelah pertandingan yang bersangkutan selesai.
6. Uang protes menjadi milik Panitia Pelaksana.
Selain membuat aturan untuk peserta, penyelenggara pertandingan juga harus berusaha profesional dengan menjalankan time table. Time Table untuk meminimalisir "molornya" waktu pertandingan. Jika pemain terlambat lebih dari 15 menit dari jadwal yang sudah ditentukan, ambil tindakan sanksi WO (Walk Over).
Hal ini untuk memberi rasa keadilan bagi semua.
Baca juga: https://kasmonomonex.blogspot.com/2022/12/time-table-tenis-meja-dan-liga-takasi.html?m=1
Baca juga: https://kasmonomonex.blogspot.com/2023/05/apa-itu-walkover-dan-retired-dalam.html?m=1
Jika ada kritik atau saran membangun untuk artikel ini silahkan tulis di kolom komentar.
Semangat sehat dan salam 🏓
Tidak ada komentar:
Posting Komentar