Cari Blog Ini

Selasa, 11 Juli 2023

ITTF vs JTTA

  


Oleh: Kasmono Monex, penggemar hidup sehat 



Tenis meja merupakan olahraga bola kecil yang serba cepat dalam memainkannya. Tenis meja membutuhkan peralatan berkualitas tinggi seperti kayu, karet, bola, meja, jaring berkualitas tinggi, dan banyak lagi. Atlet yang terlibat dalam olahraga kompetitif ini menggunakan peralatan bersertifikat selama pertandingan. Menggunakan peralatan yang tidak bersertifikat dapat mengakibatkan konsekuensi serius seperti diskualifikasi pemain dan bahkan bagi tim.

Menemukan peralatan bersertifikat asli, bukanlah hal mudah, karena banyak beredar peralatan yang tidak sesuai dengan standar badan tenis meja. Peralatan apa yang membutuhkan sertifikasi?

ITTF dan JTTA
ITTF adalah Federasi Tenis Meja Internasional. Berkantor pusat di Lausanne, Swiss, merupakan badan dan otoritas untuk tenis meja di seluruh dunia. Dengan demikian,  yang mengatur dan menetapkan aturan untuk semua kompetisi resmi ITTF. Salah satu yang dilakukan ITTF adalah menetapkan standar peralatan yang digunakan selama kompetisi yang disetujui ITTF.

Selama kompetisi resmi berlangsung, semua peralatan seperti bola,  karet,  lantai dan net disuarakan harus memenuhi standar ITTF. 

JTTA merupakan Asosiasi Tenis Meja Jepang, merupakan badan pengatur untuk semua kompetisi tenis meja resmi domestik Jepang. JTTA memiliki aturan yang lebih ketat untuk peralatan yang sah seperti bet, lem, dan seragam.

Atlet yang mengikuti kompetisi yang diselenggarakan oleh salah satu badan tersebut hanya dapat menggunakan peralatan tenis meja yang telah disetujui oleh organisasi masing-masing.

Bagaimana dengan Indonesia? 
PTMSI sebagai badan yang mengatur tenis meja di Indonesia bisa saja mewadahi aspirasi masyarakat pingpong. 

Penduduk Indonesia yang besar sangat kreatif dalam memproduksi sesuatu,  termasuk peralatan tenis meja. 

Karet bintik misalnya, banyak beredar karet bintik produk lokal dan ada tulisan ITTF. Apakah betul sudah bersertifikasi ITTF atau malah melanggar hak cipta dan hanya akal-akalan produsen saja? 

Pembinaan UMKM peralatan tenis meja menjadi PR bagi badan atau dinas terkait. PTMSI bisa saja mengeluarkan sertifikat untuk karet bintik produk lokal dengan kajian dan penelitian yang mendalam sebagai persyaratannya. Setelah tersertifikasi PTMSI, selanjutnya PTMSI yang akan mendaftarkan sertifikasi ke ITTF.

Saking kreatifnya pemain tenis meja akar rumput di Indonesia, beberapa pemain membeli karet bintik pabrikan luar negeri (sebut saja produk China misalnya), tetapi masih diproses sendiri lagi agar sesuai dengan selera pemakainya. Dan mungkin ini hanya ada di Indonesia. Hahaha... 

Baca juga: https://kasmonomonex.blogspot.com/2023/07/apa-yang-dilarang-saat-bermain-tenis.html?m=1

Sudah saatnya PTMSI bangkit, tidak hanya mengurus pemain tenis meja saja, tetapi menerapkan standarisasi peralatan lokal agar UMKM produsen peralatan tenis meja lokal semakin berkembang. Peluang pasar seperti ini bisa dipatenkan menjadi merk dagang dalam negeri seperti halnya merk Butterfly di Jepang yang sudah mendunia dengan sertifikasi JTTA maupun ITTF. 


Semangat sehat dan salam 🏓




 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar