Cari Blog Ini

Jumat, 01 Desember 2023

Tenis Meja dan Polarisasi Politik


Oleh: Kasmono Monex, penggemar hidup sehat




Komunitas tenis meja memang berisi anggota/ pemain yang berlatar belakang berbeda, baik suku, agama, strata dan lain sebagainya. Semua itu bisa disatukan dalam kesamaan hobi, tenis meja.

Polarisasi secara politik menjelang pemilu sangatlah wajar terjadi, karena memang saat ini kita sedang berada di tahun politik. Darah dan air mata akibat polarisasi Pemilu terdahulu belum kering, kita akan kembali menghadapi Pemilu 2024, dan tugas kita sebagai penghobi tenis meja untuk meminimalisir polarisasi di komunitas.

Terkadang gara-gara beda pilihan kita menjadi terbelah menjadi dua bagian. Keduanya saling menyerang, komunitas bubar akibat keterbelahan tersebut.

Dalam tenis meja beda pilihan sudah biasa, bebas mau pilih yang mana. Karet licin, bintik, antispin atau apalah, bebas dipilih sesuai karakter pemainnya. Saling menyerang? Iya dalam permainan, bukan menyerang pribadi pemain. Adu gagasan, taktik dan strategi dalam bermain demi menonjolkan kemampuan terbaik adalah kunci memenangkan pertandingan. Sedangkan tindakan provokasi atau menyerang pribadi biasanya untuk menutupi kelemahan sendiri dan bahkan hanya akan memancing cemoohan dari penonton.

Demikian juga dalam politik, adu gagasan dan menawarkan program terbaiknya menjadi daya tarik bagi calon pemilih. Tindakan menyerang sebetulnya secara sadar atau tidak sadar sedang memperlihatkan kelemahan sendiri, baik dari segi kedewasaan berpolitik maupun secara etika.

Kedewasaan "berpolitik pingpong" sudah dipertontonkan sejak lama, berbeda pilihan tetapi tetap harmonis dan kompak. Tak saling menjelekkan, bahkan saling mengagumi dan saling menghormati.

Influencer politik terkadang dapat menjadi biang perpecahan, karena banyak dari mereka lupa menulis tentang kebaikan dan keberhasilan serta program unggulan pilihannya untuk ditawarkan, alih-alih malah menulis keburukan lawan.

Namun sebaliknya, influencer tenis meja akan membawa banyak manfaat karena akan memberikan pencerahan terhadap semua anggota, walaupun mereka berbeda pilihan, pilihan karet misalnya. 

Baca juga: https://kasmonomonex.blogspot.com/2023/04/tenis-meja-dalam-goresan-pena.html?m=1

Saya tidak memberi komentar soal calon presiden, karena itu domain politik. Yang terdahulu memunculkan istilah cebong, kampret, keong atau apalah, ini merupakan bibit-bibit dari polarisasi politik. Ketika orang menggunakan istilah itu, sebenarnya dia telah mendegradasikan diri ke tempat hina.

Yuk berpolitik untuk menerapkan strategi memperjuangkan aspirasi dan kepentingan demi kesejahteraan bersama. Boleh berbeda tetapi tidak sampai terpolarisasi atau terbelah menjadi dua bagian yang berlawanan. Cho..lee...


Semangat sehat dan salam 🏓



2 komentar:

  1. ywss...yuuu....alhamdulillah di solo, masih stabil dan oke oke saja. Jelang ramadhan ramai internal di PTM masing masing

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mantap, sing penting guyub om...suwun dan salam buat temen2 di Solo

      Hapus