Oleh: Kasmono Monex, penggemar hidup sehat
Sisi gelap tenis meja selalu menjadi bahan perbincangan yang tak ada habisnya di kalangan insan tenis meja, baik mengenai teknik bermain, karakter bermain, peralatan bermain, klasifikasi divisi pemain maupun kepanitiaan penyelenggara pertandingan. Enak untuk menjadi topik diskusi hangat sambil minum kopi bersama. Pro kontra peraturan tenis meja selalu ada, tetapi inilah yang menjadikan tenis meja menjadi menarik perhatian dan menjadikan kita ingin lebih mempelajari bagaimana cara bermain tenis meja dan seperti apa peraturan di dalamnya.
Legal atau ILegalnya Karet Versi ITTF
Legalitas sebuah alat versi ITTF (baca: karet misalnya), tergantung produsennya membayar fee tahunan atau tidak kepada pihak ITTF. Jika sang produsen tidak membayar, tentu produknya akan masuk dalam daftar ilegal yang dirilis oleh ITTF, dan itu tidak membedakan jenis karet bintik maupun licin.
Setelah alasan utama tersebut barulah alasan-alasan berikutnya, seperti untuk bintik ada ketentuan panjang bintiknya, jarak antara bintiknya dll, yang terkesan agar ITTF tidak terlihat komersil, namun pada prinsipnya adalah masalah pembayaran fee tahunan kepada ITTF.
Dalam penyelenggaraan pertandingan/ turnamen tenis meja yang tidak resmi di bawah naungan PTMSI, jika panitia mencantumkan persyaratan "harus standar ITTF", rasanya sulit untuk ditegakkan. Yang seringkali menjadi problematika biasanya "bintik proses", dan namanya bintik proses sudah dapat dipastikan tidak standar ITTF, meskipun jelas ada cap ITTF di karet tersebut.
Jika persyaratannya "tidak berminyak dan atau tidak berbedak" sepertinya lebih fleksibel dan mudah dipahami.
Regulasi selayaknya dibedakan peruntukannya bagi kelompok umur untuk tujuan prestasi dan kelas penghobi. Untuk kelompok umur bisa diterapkan regulasi mengacu kepada ITTF demi masa depan pemain dan tenis meja Indonesia.
Namun untuk kelas penghobi bisa lebih fleksibel. Ada kelakar dari penghobi: "kalau berani lawan, kalau tidak berani mundur". Hahaha..
Baca juga: https://kasmonomonex.blogspot.com/2023/04/booster-karet-tenis-meja-bolehkah.html?m=1
Baca juga: https://kasmonomonex.blogspot.com/2022/12/bintik-proses-binpros-dalam-tenis-meja.html?m=1
Jika mengacu kepada aturan baku, ukuran, berat dan bentuk blade/ bet tidak ditentukan, tapi yang jelas penampang bet harus datar dan kaku. Penampang bet minimal 85% terbuat dari kayu diukur dari ketebalannya, lapisan perekat di dalam kayu dapat diperkuat dengan bahan yang berserat seperti serat karbon atau serat kaca atau bahan kertas yang dipadatkan. Sisi penampang bet yang digunakan untuk memukul bola harus dilapisi oleh karet licin atau halus maupun bintik. Kalau menggunakan karet bintik yang menonjol ke luar (tanpa spons) maka ketebalan karet termasuk lapisan lem perekat tidak boleh lebih dari 2.0 mm, atau jika menggunakan karet lapis (karet + spons) dengan bintik di dalamnya menghadap keluar atau ke dalam maka ketebalannya tidak boleh lebih dari 4.0 mm sudah termasuk dengan lem perekat. Karet bintik biasa adalah lapisan tunggal karet yang bukan seluler, sintetik atau alami, dengan bintik yang menyebar dipermukaannya secara merata dengan kepadatan tidak kurang dari 10 per-cm2 dan tidak lebih dari 30 per cm kuadrat. Karet lapis (sandwich rubber) adalah lapisan tunggal karet seluler (biasa disebut spons) yang ditutupi/ditumpuk dengan satu lapisan luar karet bintik biasa (biasa disebut topsheet), ketebalan dari karet bintik tidak lebih dari 2 mm.
Jika dalam sebuah turnamen menerapkan aturan baku seperti itu, panitia dituntut untuk mempunyai alat ukur resmi yang juga sudah terkalibrasi dengan baik.
Untuk kelas penghobi tetap semangat berlatih untuk sehat, jika masih bisa berprestasi anggap saja merupakan bonus berkat latihannya selama ini.
Semangat sehat dan salam 🏓
Tidak ada komentar:
Posting Komentar